SEKOLAH BISNIS

Kamis, 23 Juli 2009

Dalam membangun Negara yang maju maka kita tidak bisa melepaskan diri dari wilayah perekonomian terutama bisnis. Negara harus mampu menumbuhkan para wirausahawan pada setiap era. Masyarakat harus didorong untuk bisa menumbuhkan bisnis apapun jua. Hatta Ibu rumah tangga sekalipun bahkan anak-anak.

Maka untuk jadi seperti ini maka perlulah setiap orang untuk melakukan apa yang disebut dengan pendidikan bisnis. Pendidikan yang mampu mengubah itu adalah sekolah bisnis. Dengan sekolah bisnis semuanya akan jadi terbuka. Mari kita menatap kepada Rasulullah Saw, sejak umur 12 tahun beliau telah masuk sekolah bisnis ini. Sekolahnya ini disekolahkan bahkan langsung jadi gurunya adalah Pamannya sendiri, Abu Thalib. Pada masa itu Abu Thalib adalah pengusaha yang cukup disegani kepiawaian bisnisnya dikalangan bangsa Arab.

Ada dua momentum yang menarik ketika Rasulullah mengikuti sekolah bisnis ini. Pertama, diumur 12 tahun itu Rasulullah telah dibawa pamannya untuk bisnis ke negeri Syam. Negeri Syam bagi bangsa Quraisy waktu itu adalah sama berpergian keluar negeri. Disinilah Rasul SAW mendapat pengalaman berharga dalam mengelola bisnis ketika menjadi bawahan Abu Thalib. Kedua, disaat beliau bekerja mengelola bisnisnya Khadijah. Beliau menunjuukkan bagaimana piawainya beliau dalam bisnis. Ahlaq beliau menjadi marketing tersendiri bagi bisnis itu. Cara hitungan dagangnya justru membuat barangnya laku keras di pasar. Beliau menjual barang dengan pokoknya lalu tawar menawar dalam pemberian laba. Sehingga terjadilah kesepakatan harga yang memuaskan antara penjual dan pembeli.

Menjadi seseorang atau generasi baru seorang pembisnis maka perlulah sekolah bisnis itu. Dimana ada sekolah bisnis itu? Sekolah bisnis itu ada dalam kehidupan nyata anda. Ketika Anda membuka bisnis baru ketika itulah anda belajar bisnis. Mau belajar bisnis ya berbisnis dong.

Setidak-tidaknya dalam sekolah bisnis harus mengacu pada 4 hal :
Pendidikan emosional: ini adalah pendidikan mental dan sikap dari si pembisnis. Biasanya kendala awal yang dihadapi oleh orang mengawali bisnisnya adalah masalah emosional ini. Takut kalau rugi, mulainya gimana?. Itu adalah masalahnya emosional. Dalam bisnis, melakukan kesalahan dalam bisnis adalah sebuah pembelajaran berharga. Dia bukanlah dosa yang mesti dihukum. Namun perlu diambil sisi manfaatnya untuk kemajuan kedepan. Gagal lakukan lagi, gagal lagi kemudian bangkit terus. Dan begitu seterusnya. Maka dalam sekolah bisnis hal seperti inilah yang dibina. Kalau takut gagal maka anda sesungguhnya juga tidak berani untuk sukses. Dalam emosional ini maka perlu diubah cara berpikir yang penuh ketakutan ke cara berpikir bahwa hidup didunia ini adalah peluang.
Pendidikan Spritual: adalah pendidikan sikap-sikap religius sang pembisnis. Belajar dari Rasulullah, kepiawaian beliau dalam bisnis tidak bisa dilepaskan dari sikap dan akhlaqnya. Dalam bisnis sekali aja kita berbohong maka sebagus apapun produk yang kita jual tidak dipercayai bagus oleh calon pembeli. Keyakinan akan sukses dan bahwasanya Allah telah mencukup rezeki kita itu ada dalam pembelajaran ini.
Pendidikan komunikasi: inti dari bisnis akan melahirkan kominikasi, tidak bisa tidak. Kalau anda tidak pandai dalam komunikasi maka produk anda juga tidak kan akan pandai menjual dirinya.
Pendidikan akal kecerdasan. Melihat kejelian peluang maka ini fungsi akal. Apa yang harus dijual dan bagaimana menjual dan hal apa yang dibutuhkan dalam mengelola maka ini perlu faktor kecerdasan. Kita salut dengan apa yang dibuat oleh Abu Syauqi (dewan Pembina Rumah Zakat Indonesia). Beliau mampu mengerakkan bagian perekonomian yang berbasis zakat. Orang dulu mengira zakat adalah peminta-minta , namun sekarang zakat adalah sebuan Finance industri tersendiri. Zakat mampu menjadi pondasi perekonomian Umat dan bangsa.

Demikianlah sekolah bisnis, ini perlu pengembangan. Maka siapa yang mau segera mengembangkan gagasan ini? Walahualam bhisawab

Referensi :
Sirah Nabawiyah
Businees School, Robert. T. Kiyosaki

0 Comments: