Memil;ih Sekolah Pilihan

Senin, 09 Juni 2008

MEMILIH SEKOLAH PILIHAN
Oleh : Indra Hanafi S.Pd


Sepertinya tahun ini, banyak sekali sekolah baru dilahirkan. Terutama sekolah swasta tentunya. Hal seperti ini tampaklah dari pengamatan terhadap beberapa spanduk yang ada dikota Pekanbaru. Hampir setiap sudut kota terpasang spanduk-spanduk sekolah dalam rangka marketingnya. Kalau diteliti lebih seksama maka sekolah itu berkisar di jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sebagian besar diantaranya bertemakan Sekolah Islam Terpadu.
Kalau dibaca dari brosur yang disebarkan oleh marketer atau humas sekolah tersebut maka berbagai macam penawaran yang disosialisasikan. Ada dengan memberi titik tekan pada fasilitas dan bangunan yang tersedia, ada yang menawarkan sistem mendidiknya , ada dari segi biayanya, bahkan ada yang menawarkan dalam bentuk kelas sosial tertentu dan berbagai macam bentuk lainnya. Walaupun demikian tetap saja kesamaan sosialisasinya pada Sekolah Islam terpadu dan Pola Full day pada kebanyakan.
Terlepas dari bagusnya atau tidaknya konsep Islam terpadu dan full day itu. Penulis hanya memberikan secercah pemikiran saja bagaimana memilih yang tepat untuk putra-putri kita. Terkadang pilihan-pilihan yang banyak bukan hanya membuat orang terbantu tetapi juga orang akan menjadi salah dalam memilih sesuatu. Akan tetapi kalau hanya ada satu pilihan itu juga belum tentu akan memuaskan banyak orang. Begitu juga halnya sekolah yang akan menjadi pilihan orang tua.
Dalam memilih sekolah, orang tua biasanya banyak hal yang menjadi latar belakangnya. Pertama, biaya merupakan hal yang serius menjadi perhatian orang tua. Lihat sekolahnya dan lihat biayanya. Dalam masalah biaya ini penulis melihat fenomena yang mendasar antara sekolah konsep full day dengan sekolah negeri atau swasta yang bukan full day. Biasanya sekolah full day kebanyakan peserta didiknya berasal dari keluarga kelas menengah keatas atau paling tidak memadai lah. Sementara bagi yang ber pas-pasan saja lebih cenderung berharap banyak dari sekolah negeri dan sekolah swasta non fullday jika tidak diterima di sekolah negeri. Akan tetapi ada juga sekolah pola full day yang menerapkan subsidi silang seperti yang ada di SMA/SMP/SD Islam Terpadu Mutiara di daerah Duri.
Kedua, bagi orang tua yang berbasis intelektual biasanya mempunya visi dalam menentukan pola pendidikan terhadap putra-putrinya. Mereka ini mempunyai prinsip dan perencanaan yang jelas untuk anak-anaknya. Maka didalam memilih sekolah mereka pada posisi yang kritis dinamis. Mereka ini mensekolahkan buah hatinya dilihat dari kesesuaian visi sekolah dengan visi pendidikannya terhadap anak-anaknya. Terkadang juga mereka tidak memperdulikan apa itu negeri atau swasta, full day atau bukan dan lainnya yang penting pas tidak dengan visinya.
Ketiga, masalah idiologi, agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Keluarga muslim akan memilihkan sekolah yang bisa menjadikan putra-putri menjadi taat kepada Allah Swt. Nah dalam dekade terakhir ini fenomena lahirnya kesadaran keislaman masyarakat terutama di perkotaan sangat pesat. Sehingga terjadilah gayung bersambut terhadap lahirnya sekolah-sekolah Islam, terutama Islam terpadu ini lah.
Sebenarnya kalau dikaji lebih mendalam lagi tentu banyak yang melatarbelakangi orang tua dalam menentukan sekolah bagi putra-putri tercintanya. Namun paling tidak kami pikir mewakili lah secara garis besar.
Secara umum memilih sekolah terhadap putra-putri itu maka yang harus diperhatikan hal-hal berikut. Pertama, system dan kurikulum yang ada pada sekolah tersebut. Sistem adalah berkaitan dengan bagaimana pola pendidikan dilaksanakan disekolah itu. Bagaimana para pendidik melakukan asah, asih dan asuh kepada siswanya. Dan bagaimana pula para pendidik menyelesaikan , mengarahkan serta mengajarkan suatu penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi oleh siswa-siswanya. Berkaitan dengan ini juga adalah bagaimana sekolah menyajikan pelajarannya pada siswa. Sehingga siswa menjadi paham terhadap kemampuan akademiknya.
Berbicara masalah kurikulum kita bicara masalah system pendidikan nasional kita. Artinya sejauh mana sekolah menyajikan kurikulm yang ada disekolah tersebut. Bagi sekolah swasta ini juga menjadi perhatian, apakah kurikulum yang berlaku juga berlaku disekolah swasta itu. Karena ini berikatan dengan pengakuan terhadap lulusan sekolah tersebut. Sudah membayar mahal, waktu yang terhabiskan namun pada akhirnya tidak ada pengakuan terhadap ijazah yang dimilikinya.
Keterkaitan antara system mendidik disekolah yang berpadu dengan kurikulum yang berlaku pada system pendidikan pada negara ini maka disitu lah para orang tua peserta didik bisa melihat keunggulan suatu sekolah. Sistem bagus namun tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku maka tidak bagus juga dari segi pengakuan admnistrasinya. Sistemnya biasa-biasa saja dan kurikulum sesuai sekali maka sekolah itu tidak memiliki nilai beda dari yang lain. Ingatlah ada sebuah bahasa mengatakan Mengapa dia unggul karena dia berbeda dari yang lainnya.
Kedua, Fasilitas yang tersedia disekolah tersebut, mulai dari gedung hingga fasilitas sebesar mata pena sekalipun. Karena ini menjadi indikator proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan tertib. Semakin lengkap fasilitas dan media pembelajaran maka semakin baiklah penyajian sebuah proses belajar mengajar. Paling tidak yang menjadi perhatian para orang tua adalah Perangkat ruang kelas, Laboratorium, WC atau kamar kecil, lapangan bermain dan ruang kantin atau tempat belanja siswa.
Berkaitan dengan ini yang harus diperhatikan juga adalah tata letak sekolah itu dilihat dari segi kehidupan sosial dan lingkungan. Karena berhubungan dengan kepuasan anak pergi belajar. Misalnya sarana transportasi yang tidak memadai menyebab kan siswa terlambat sampai kesekolah atau terlambat pulang kerumah. Akhirnya anak malas belajar dan target belajar mengajar tidak akan tercapai. Contoh lainnya adanya kegiatan premanisme disekitar lingkungan sekolah maka akan terjadi ketakutan pada anak atau anak mengikuti kegiatan premanisme tersebut.
Ketiga, mutu lulusan dan angka kelulusan siswa pada sekolah tersebut. Biasanya mutu lulusan di SMA dilihat sejauh mana siswa itu diterima diperguruan tinggi negeri dan favorit. Kalau SMP maka dilihat dari sejauh mana siswa dapat diterima disekolah menengah favorit. Angka kelulusan adalah ketika siswa sekolah tersebut lulus maka berapa angka yang dibawanya lulus. Misalnya standar kelulusan adalah 5,25 maka sekolah tersebut mampu secara rata-rata meluluskan siswanya dengan nilai 6 atau 7 dalam beberapa tahun misalnya.
Keempat, prestasi yang pernah diraih oleh sekolah tersebut. Prestasi sekolah menunjukkan keseriusan sekolah itu dikelola dengan baik. Misalnya sekolah itu sudah beberapa kali menjuarai olimpiade fisika dan matematika, berarti sekolah tersebut punya perhatian yang besar tehadap Sains. Prestasi dibidang olah raga dan seni juga menunjukkan komprehensifnya indikataor kognitif, psikomotorik dan afektif.
Setelah melihat secara umum untuk menentukan pilihan pada suatu sekolah maka ada baiknya memperhatikan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh anda sebagai orang tua. Nilai-nilai akan menentukan kualitas putra-putri anda sebagai generasi mendatang. Apalah arti dari sebuah nilai akademik namun putra-putri kita tidak memiliki nilai-nilai dalam kehidupannya. Mestinya nilai-nilai itu mempengaruhi nilai-nilai akademiknya.
Orang tua juga perlu menyadari bahwa sekolah bukannya hanya suatu tempat belajar suatu ilmu saja akan tetapi tempat anak-anak kita bersosialisasi dengan keadaaan lingkungan. Maka persoalan bagaimana sekolah menghadirkan suatu sosialisasi terhadap kehidupan social maka menjadi bahan perhatian juga . Jangan lah sampai anak-anak kita belajar hanya menjadi penduduk dari sebuah ‘ruangan dalam kaca”. Tanpa mereka tahu realita lingkungan yang sebenarnya. Penulis pernah mendapat cerita dari seorang guru pada sebuah sekolah swasta mengatakan, pada suatu hari murid-murid sekolah guru tersebut akan memberikan batuan sosial kepada fakir miskin. Maka dikumpulkanlah fakir miskin tersebut dan ketika fakir miskin itu berkumpul maka murid-murid sang guru tersebut berembuk cakap dengan teman-temannya “ ooo…ini orang miskin itu…ih”. Cerita ini membuat penulis berpikir betapa anak-anak itu hanya tahu semua orang itu berada dan memiliki seperti mereka, akan tetapi kehidupan tidak seperti itu. Dan yang paling menyedihkan lagi orang yang berbeda dari kepemilikan harta menjadi sosok yang hina didalam pikirannya. Akhirnya nanti terjadilah kasta-kasta baru dalam kehidupan ini dan ironisnya kasta itu terbentuk dari sekolah.
Setelah orang tua menentukan pilihan terhadap sekolah apa yang sesuai untuk putra-putri dambaan tercintanya, jangan pernah berpikir bahwa pendidikan itu adalah tanggungjawab sekolah sepenuhnya. Sadarilah bahwa sekolah sebuah sarana saja untuk mencerdaskan anak-anak kita namun lebih dari itu peranan ayah dan ibu menjadi pemicu utama untuk kemajuan kepandaian sang anak.. Minimal peranan memberikan contoh dari sebuah nilai-nilai dan kemudian memotivasi putra-putri kita.
Salah memilih sekolah, salah dalam mendidik maka akan terjadilah suatu kesalahan bagi bangsa ini dimasa akan datang. Wallahu alam Bhisawab.
Penulis adalah Kepala Cabang Bimbel Nurulfikri Pekanbaru

1 Comment:

Mujahid Rabbany said...

Assalamualaikum
Indra hanafi baa kaba kini ? lai sehat kan ?
blognya bagus....ada informasi ngak seputar sekolah islam di pekanbaru ?( maksudnya lowongan )
ana juga punya blog lihat ya ? www.mujahidrabbany.blogspot.com
Pak Irwan Darma, Smp Mutiara Duri