Makan di luar…aja!

Sabtu, 07 Februari 2009

Kami ke Padang pada bulan Desember 2006 untuk memenuhi undangan Raker guru-guru NF Pekanbaru dan Padang. Kebetulan yang berangkat waktu itu semuanya masih bujangan semua.Saya juga belum menikah waktu itu.

Sampai di Padang hari sudah malam sekitar jam 19.00 WIB. Kami jalan memutar ke kiliran jao, karena waktu itu jalan putus di Kampar. Musim hujan dan banjir. Jalan memutar memang jauh sekali sekaligus capek. Yang paling luar biasa Saya lihat dari raut wajah teman-teman guru dapat disimpulkan dalam kata sederhana ”Lapar”
Saya berpikir nanti sampai di NF padang kami disambut terus dijamu makan dan terus diajak ke wisma lalu istirahat.

Pas sampai di NF Padang tidak ada yang muncul. Pak Amor tidak ada di situ hanya nampak pak Tata dan Pak jon saja. Itupun Mereka tampak sibuk sekali. Saya coba aja ajak teman-teman untuk berbenah. Kami Shalat Magrib sekaligus jamak Isya. Tampaklah semua guru-guru dan karyawan NF lagi antri untuk mengambil makan malam. Ada dua tempat satu untuk guru ikhwan dan satu lagi untuk guru akhwat. Saya ketemu sama Dedi Indra (waktu itu beliau masih di NF padang) dan beliau mempersilakan kami untuk makan alias ikut antrian kesana. Saya bergegas menyuruh teman-teman kesana.

Ketika masuk ketempat makanan itu ditempatkan sudah tampak sebagian pemilik NF sudah duluan makan dengan lahap. Disana ada Pak Faruq, bang adek, Suryanto, pak Tata dan lainnya(saya tak ingat lagi sekarang). Teman-teman sudah mendapatkan piringnya untuk bersiap berbaris rapi antri makan. Akan tetapi tiba-tiba Pak Faruq datang menarik tanggan saya keluar dan ingin membisikkan sesuatu
” antum punya uang?” bisiknya
’ Uang ada bang, kenapa?” jawab saya heran
’Instruktur dari Jakarta belum makan, antum dan orang Pekanbaru makan diluar aja ya?”

Saya sedih dan terkejut karena kami juga tamu seperti instruktur Jakarta. Seolah-olah kami ini sepele saja. Sudah jauh-jauh dari Pekanbaru dengan jalan memutar lalu tidak disambut dengan cara yang pas lah, menambah capek diriku. Tetapi saya berusaha untuk sabar dan mengerti walaupun ada kata hati berbunyi ”ikhwah tapi kok ngak kasihan?!! Akhirnya saya mengangguk pelan meiyakan suruhan dari Bang faruq. Lalu Bang Faruq dan temannya melanjutkan makan dengan lahapnya.

Saya lihat teman-teman sudah siap antri untuk makan. Akhirnya saya cobalah bilang keteman-teman. Bagaimana kalau kita makan di Luar saja? Saya malu sama orang-orang pekanbaru. Tetapi Syukurlah teman-teman patuh aja dengan ajakan saya. Muka saya tebal. Seharusnya Bang Faruq cs itu lah berhenti makan dulu dan dulukan tamu. Ini tidak! mereka makan dengan lahap tetapi takut ngak cukup untuk tamunya. Takut Tamu jakarta tidak makan maka konsekwensinya mereka malu. Akan tetapi kami dari Pekanbaru????

Satu jam kemudian HP saya berdering. Saya lihat dari Pak Amor rupanya, pak amor lalu berkata begini:
IN... makan dimana tadi (saya jawab, makan diluar) Maafkan ya masalah makan yang tadi. Kawan-kawan kita itu memang agak kurang perasaannyo. Maaf yo in?

Nah pembaca anda tahukan seperti apa mereka di NF itu?

0 Comments: