Minggu, 25 Januari 2009

Herdi Sahrasad

(istimewa)

INILAH. COM, Jakarta – Hamas selalu seperti itu. Dia hidup di tengah berbagai deraan. Hebatnya, mereka bisa melewati semua tekanan itu. Karena ketegaran itulah, Hamas mengirim pesan tentang kebenaran versi mereka untuk umat dunia.

Tak tanggung-tanggung, tiga tekanan besar sudah dihadapi Hamas. Pertama, embargo keuangan internasional yang dikompori Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Kedua, sabotase politik yang terus-menerus dilakukan oleh oknum-oknum dari rezim Orotitas Palestina yang kalah pemilu dan lebih ingin hidup ‘damai’ di bawah Israel.

Ketiga, semakin ganasnya penjajahan Israel menangkapi para pemimpin Palestina dan memperlakukan rakyatnya lebih biadab dari rezim apartheid Afrika Selatan puluhan tahun silam. Israel, terakhir, bahkan menyerang Jalur Gaza selama tiga minggu.

Khaled Meshaal, pemimpin Hamas di Suriah, adalah pusat pusaran ujian bangsa Palestina saat ini. Dialah orang nomor satu di Harakah Al Muqaawamah Al-Islamiyah. Usianya lebih 50 tahun.

Tepat sembilan tahun yang lalu, ia pernah setengah mati setengah hidup. Gara-garanya, syaraf di dekat telinganya diinjeksi gas racun oleh dua agen Mossad di Yordania.

Sepuluh agen berpaspor Kanada dikirim PM Israel waktu itu, Benjamin Netanyahu, untuk membunuh Meshaal. Walaupun dua agen berhasil ditaklukkan seorang pengawal Meshaal, racun sudah terlanjur disuntikkan. Kedua Mossad yang dibekuk itu lalu ditukar dengan antidote alias penawar racun dan dibebaskannya Asy-Syahid Syeikh Ahmad Yassin. Alih-alih berhasil membunuh Meshaal, Israel malah terpaksa melepas ulama mujahid besar itu dari hukuman penjara seumur hidup.

Hamas semakin populer pasca-agresi Israel. Di mata aktivis Hamas, Israel telah gagal melemahkan Hamas, baik melalui politik maupun aksi militer.

Meninjau situasi di Gaza pasca-agresi Israel, Sekjen PBB, Ban Ki-moon tak mampu berkata-kata. Serangan Israel itu dianggap keterlaluan. Saat meninjau sekolah-sekolah PBB yang diserang Israel, Ban kembali terdiam. Ban hanya menyatakan, suasana yang ia lihat sangat menyedihkan dan menyakitkan hati. Akibat agresi Israel, lebih dari 1.330 orang tewas dan 5.300 orang terluka.

Seiring dengan denyut kehidupan yang kembali normal, terowongan-terowongan bawah tanah pun ikut dibenahi. Ratusan warga Palestina datang ke daerah perbatasan Gaza dan Mesir untuk memperbaiki terowongan yang dibombardir Israel. Penduduk di perbatasan yang mengelola terowongan itu mengaku, distribusi bahan-bahan kebutuhan, seperti bahan bakar, mulai bergerak melalui puluhan terowongan yang masih ada.

Di selatan kota Rafah, ratusan warga Palestina kembali memperbaiki terowongan mereka. Kegiatan itu dilakukan di bawah tenda. Kalau Israel membuka semua pintu penyeberangan, warga Gaza juga tak akan bisnis terowongan.

Menanggapi hal itu, Israel mengancam akan melancarkan serangan kembali untuk menghancurkan terowongan tersebut. “Jika kami harus menyerang kembali untuk menghentikan penyelundupan, kami akan lakukan. Israel punya hak menghentikan penyelundupan selamanya,” kata Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni kepada stasiun radio Israel.

Mengenai ancaman Israel itu, ungkap Khaled Meshaal, ada hal-hal yang harus menjadi catatan bagi setiap Muslim di manapun mereka berada. Pertama, menjadikan Al-Quds tertanam kuat di dalam hati. “Dengan demikian, hati Anda akan bersatu dengan kami di Hamas yang berjuang di luar maupun di dalam Palestina. Jangan katakan ‘akan’ bergabung, tapi ‘bergabunglah’,” katanya.

Kedua, memberikan dukungan yang terus-menerus kepada perjuangan Palestina. Dukungan dana saat ini sedang sangat dibutuhkan dari seluruh kaum Muslimin.

“Kami berjihad dengan diri kami, dengan jiwa kami. Umat Islam yang lain berjihad dengan harta mereka. Bantuan materi ini bukan sekedar membantu Muslimin Palestina, tetapi juga untuk melindungi Al-Aqsha dari kemungkaran.”

Ketiga, dukungan kepada Palestina harus dilanjutkan dengan pengertian yang terus bertambah mengenai masalah-masalah Palestina.

Ada dua kepentingan dari hal terakhir ini. Pertama, dukungan ini akan menjadi bukti bagi bangsa Palestina bahwa meskipun diisolasi oleh Israel dari dunia luar, mereka tidak berjuang sendirian. Kepentingan berikutnya adalah untuk mengatakan kepada Zionis dan Amerika, “Bahwa kita yang di luar akan terus membantu karena ummat Islam adalah tubuh yang satu,” kata Meshaal. [I4]

0 Comments: